0

Renungan: 'karena aku berjilbab'

Posted by kemenag hima an on 4/20/2014 05:18:00 PM in
kita semestinya terus mendengar sebuah hikmah, "dibalik tokoh yang agung, pasti ada seorang wanita yang agung". pribahasa juga mengingatkan kita, "Air di atap, jatuhnya ke pelimbahan juga."
Orang tua, ayah, terlebih ibu, dansetiap perempuan secara lumrah, dan tinggal menunggu waktu, akan menjadi ibu adalah basis yang menentukan kesuksesan anak di kemudian hari. Perkembangan peradaban manusia tidak pernah lepas dari jasa ibu yang membesarkan, mengasuh dan mendidik para generasi bangsa, anak. Bagaimana tidak, sementara perut ibu adalah wadah anak dicipta, diproses, dibesarkan, hingga terlahir.
seorang ibu yang menjaga kesucian diri, setidaknya telah menanamkan bibit kesucian pada diri anaknya. ibu yang menjaga amanah pencipta, adalah gerbang keamanahan anak yang dikandungnya.
jilbab, tak pelak lagi adalah amanat Allah bagi kaum hawa. Jilbab sejatinya adalah wujud kasih sayang-Nya untuk menjaga kehormatan dan kesucian wanita. jilbab adalah benteng wanita agar laki-laki tidak seenaknya berbuat usil dan mengerjain wanita. memang bagian wanita bukan sekedar jilbab, banyak dimensi lain yang terus menjadi PR nagi muslimah berjilbab. namun jilbab adalah lambang jati diri muslimah yang patuh, jilbab adalah "branded" wanita yang taat kepada sang pencipta. gelar-gelar akademik, prestasi-prestasi fantastik duniawi, ikon-ikon kemegahan yang seorang wanita peroleh tak berarti apa-apa jika ia enggan mendekati kumandang yang menjadikan dirinya ada. Allah Sang Pencipta.
mereka enggan berjilbab seringkali berkata, "ah apa gunanya pembungkus jilbab namun isinya tak berkualitas? mendingan kita pilih isi yang berkualitas, meski tak ada bungkusnya." atau sederet kilah lain yang intinya meminggirkan jilbab.
tidak benar sebuah kredo yang mendoktrin bahwa kita tak perlu bungkus, mazhhar, penampilan formalistik, dengan hanya memperhatikan akidah dn idealisme. bukankah barang saja perlu pembungkus, penampilan, dan aksesoris yang menarik? coba kita perhatikan permen yang dibungkus dengan yang tidak dibungkus, mana yang akan kita pilih? permen yang dibungkus terjaga kebersihannya, kualitasnya, dan tentunya terhindar dari kuman-kuman yang menempel pada permen. sedangkan permen yang tidak dibungkus, ia mungkin telah ditempeli kuman-kuman penyakit, kebersihannya tidak terjaga, dan kualitasnya pun tidak bagus. jadi mana yang akan kau pilih?? tentu jika kita sadar, kita akan memilih permen yang dibungkus dibandingkan dengan yang tidak dibungkus.
terlepas dari pembungkus dan isi, penampilan adalah akidah; jilbab adalah perintah Allah yang menjadikan kita ada. yang menjadikan kita bisa bicara, berkomunikasi, melihat keindahan, berjalan, dan segala kegiatan yang menjadikan kita bisa merasakan multiragam kenikmatan. Maka sepertinya tidak kenal terimakasih seseorang yang dipanggil Dzat yang memberi semua itu, namun ia ogah-ogahan dan malas-malasan. jilbab adalah panggilan dan seruan Tuhan. Jilbab adalah ajakan dan surat peringatan Allah Yang Maharahman.
Wanita shalehah tidak hanya menjilbabi fisik tubuhnya, namun juga menjilbabi kebodohannya, yaitu dengan bersekolah, mengaji, mengasah keterampilandan mengikuti prifat-prifat keteknologian. ia juga menjilbabi mutualitas keterampilannya yang rendah dengan terus mengasah telentanya untuk terus belajar, juga menjilbabi emosinya dengan bersikap bijak dan dewasa. ketika jilbab terintegrasi dengan multi talenta dan profesionalitas wanita yang terus diasah, dibina dan dikualitaskan, maka saat itulah kita temukan wanita anggun yang menjaga citra diri, sekaligus kita peroleh potensinya yang brilian untuk memajukan peradaban duniawi yang sekaligus tak ketinggalan dalam peradaban ukhrawi. Mempesona sekali ^_^


Referensi : Muhammad Nashiruddin al-Albani dalam buku "Makin Cantik dengan Busana Muslimah"

0

3 syarat menjadi muslim yang handal

Posted by kemenag hima an on 4/14/2014 01:37:00 AM in
Menjadi muslim, jangan sekedar identitas. Namun, jadilah muslim yang faham dan mengamalkan. Saat seorang muslim mengikrarkan dua kalimah sahadat, maka konsekwensinya ia haruslah memiliki perasaan terpanggil oleh isu-isu keislaman, mencari solusi hidup berbasis islam, dan memiliki ketertarikan terhadap dunia islam. Dalam dirinya, tertanam pengetahuan yang kuat sebagai fondasi dan motivasi untuk menjalankan syariat islam. Inilah, yang dikatakan sebagai muslim yang handal. Muslim yang memiliki sinkronisasi antara identitas, pengetahuan dan pengamalan secara utuh dan konsisten.
Setidaknya ada 3 syarat yang harus dimiliki unutuk menjadi muslim yang handal, apapun latar belakang, profesi dan tingkat pendidikan dia. Ketiga syarat itu adalah sebagai berikut:
#1. Memahami Teori Keislaman
Menjadi muslim yang handal haruslah paham terhadap teori keislaman. Pengamalan ajaran islam haruslah berbasis pengetahuan, bukan atas dasar ikut-ikutan.  Apalagi pengamalan yang menyangkut rutinitas ibadah ritual, misalnya sholat, puasa, dan lain sebagainya. Janganlah memiliki pandangan bahwa urusan agama adalah urusan Ustadz atau Kyai. Seorang muslim wajib mencari tahu pengetahuan islam, sehingga dia yakin betul apa yang dilakukannya berdasarkan rujukan yang bisa dipertanggungjawabkan.  Dan juga tidak akan terompang amping pada perbedaan faham dan mudah memvonis dirinya yang paling benar.
#2. Menguasai Bahasa Arab
Pemahaman terhadap bahasa arab, menjadi sesuatu yang tidak mungkin ditinggalkan oleh setiap muslim. Bagaimana tidak, keseluruhan ajaran islam diwarisi dalam bahasa Arab. Ritual Sholat, Text al-Quran, Do’a yang diajarkan nabi, semuanya menggunakan bahasa Arab dan haruslah dipahami dengan baik dan benar.
Semua ulama di awal abad 4 hijriah, saat umat islam dalam puncak kejayaan, tidak ada yang menyatakan bahasa Arab itu tidak penting. Ibnu Khaldun, seorang pengelana di zaman itu, menuturkan bahwa seluruh tempat yang ia singgahi, menerapkan bahasa Arab, meskipun bahasa ibunya bukan bahasa Arab. Jadi, bagaimana mungkin seseorang mengklaim telah menjadi muslim yang baik namun dirinya tidak menguasai bahasa arab.
Saat mendalami al-Quran, janganlah mengedepankan terjemah, apalagi hanya membaca text latinnya. Al-quran adalah pedoman umat islam dan diwarisi dalam bahasa arab. Dan kunci sukses untuk mendalaminya adalah pengetahuan atas bahasa Arab.
#3. Mengenal Sejarah Islam
Setiap muslim harus juga memahami sejarah islam, dari mulai kelahirannya hingga detik ini. Seseorang akan merasa eksis dan percaya diri manakala mampu menjelaskan latar belakang asal usul baik daerah maupun keturunannya. Begitu juga aqidah, seseorang akan terasa nikmat dan termotivasi dengan identitas keislamannya, makakala ia faham dengan sejarah islam. Tahu apa itu islam, perjuangan serta puncak kejayaannya. Sebaliknya, saat tidak mengenal sejarah, ia akan gampang terpuruk pada sikap pesimis terhadap keadaan.
Belajarlah memahami sejarah rosul, para shahabat, dinasti Umayyah, Abbasyiah, Usmaniah, dan lain sebagainya. Sehinga kita memiliki pemahaman yang memadai bahwa islam memiliki formulasi yang unggul untuk menyelesaikan problematika zaman. Dan pada akhirnya kita memiliki rasa percaya diri sebagai muslim yang handal.
Dikutip dari pengajian Shubuh, 20 Oktober 2012, Mesjid Darussalam Kota Wisata, Narasumber: Ust Ali Junnifar Lc. MA. (www.nasehatislam.com)

Copyright © 2009 Kementerian Agama HIMA AN UIN SGD Bandung All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.