0

shalat??

Posted by kemenag hima an on 5/21/2014 01:29:00 AM in
Apa yang dimaksud dengan sholat? Shalat sebenarnya adalah memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Mulia, dan tanpa itu manusia tidak bisa hidup, serta tidak dapat meraih sarana kesehatan dan kebahagiaan. Tatkala Allah Ta'ala melimpahkan karunia-Nya, maka pada saat itu manusia akan memperoleh kenikmatan dan ketentraman hakiki.


Sejak saat itu manusia akan mulai merasakan kelezatan dan kenikmatan yang diperoleh ketika menyantapmakanan, demikianlah kelezatan yang dirasakan dalam merintih dan menangis. Dan kondisi sholat inipun akan timbul.

Sebelum timbulnya kondisi kelezatan seperti itu, sama halnya seperti memakan obat yang pahit supaya sehat kembali. Demikian pulalah tetap mengerjakan shalat dan tetap memanjatkan doa doa walau tanpa diiringi kelezatan, adalah sangat penting. Dalam kondisi hampa dari kelezatan itu, kita haru berasumsi bahwa dengan itu akan timbul kelezatan dan kenikmatan.

Doa untuk meraih kelezatan dan kenikmatan Dalam Shalat.

"Ya Allah, Engkau melihatku, yakni betapa aku ini buta dan tidak bisa melihat. Saat ini aku benar-benar dalam keadaan mati. Aku tahu, dalam waktu dekat ini akan datang suara kepadaku, dan aku akan datang kepada-Mu. Saat itu tidak ada yang akan dapat menghalangiku. Namun, hatiku buta dan tidak dapat mengenali. Oleh karenanya, turunkanlah suatu pancaran cahaya di dalamnya supaya timbul kecintaan dan kenikmatan terhadap Engkau di dalamnya. Limpahkanlah karunia supaya aku tidak dibangkitkan dalam keadaan buta, dan masuk ke dalam golongan orang-orang buta."

Apabila seseorang memanjatkan doa semacam ini, dan dia terus-menerus memanjatkannya, maka dia akan menyaksikan bahwa suatu masa akan datang dimana sesuatu dari langit akan menerpanya dalam shalat yang tanpa kelezatan itu, yang akan menimbulkan kekhusyu'an.

sumber: http://fentik.blogspot.com/2010/12/apa-yang-dimaksud-dengan-shalat.html

0

Renungan: 'karena aku berjilbab'

Posted by kemenag hima an on 4/20/2014 05:18:00 PM in
kita semestinya terus mendengar sebuah hikmah, "dibalik tokoh yang agung, pasti ada seorang wanita yang agung". pribahasa juga mengingatkan kita, "Air di atap, jatuhnya ke pelimbahan juga."
Orang tua, ayah, terlebih ibu, dansetiap perempuan secara lumrah, dan tinggal menunggu waktu, akan menjadi ibu adalah basis yang menentukan kesuksesan anak di kemudian hari. Perkembangan peradaban manusia tidak pernah lepas dari jasa ibu yang membesarkan, mengasuh dan mendidik para generasi bangsa, anak. Bagaimana tidak, sementara perut ibu adalah wadah anak dicipta, diproses, dibesarkan, hingga terlahir.
seorang ibu yang menjaga kesucian diri, setidaknya telah menanamkan bibit kesucian pada diri anaknya. ibu yang menjaga amanah pencipta, adalah gerbang keamanahan anak yang dikandungnya.
jilbab, tak pelak lagi adalah amanat Allah bagi kaum hawa. Jilbab sejatinya adalah wujud kasih sayang-Nya untuk menjaga kehormatan dan kesucian wanita. jilbab adalah benteng wanita agar laki-laki tidak seenaknya berbuat usil dan mengerjain wanita. memang bagian wanita bukan sekedar jilbab, banyak dimensi lain yang terus menjadi PR nagi muslimah berjilbab. namun jilbab adalah lambang jati diri muslimah yang patuh, jilbab adalah "branded" wanita yang taat kepada sang pencipta. gelar-gelar akademik, prestasi-prestasi fantastik duniawi, ikon-ikon kemegahan yang seorang wanita peroleh tak berarti apa-apa jika ia enggan mendekati kumandang yang menjadikan dirinya ada. Allah Sang Pencipta.
mereka enggan berjilbab seringkali berkata, "ah apa gunanya pembungkus jilbab namun isinya tak berkualitas? mendingan kita pilih isi yang berkualitas, meski tak ada bungkusnya." atau sederet kilah lain yang intinya meminggirkan jilbab.
tidak benar sebuah kredo yang mendoktrin bahwa kita tak perlu bungkus, mazhhar, penampilan formalistik, dengan hanya memperhatikan akidah dn idealisme. bukankah barang saja perlu pembungkus, penampilan, dan aksesoris yang menarik? coba kita perhatikan permen yang dibungkus dengan yang tidak dibungkus, mana yang akan kita pilih? permen yang dibungkus terjaga kebersihannya, kualitasnya, dan tentunya terhindar dari kuman-kuman yang menempel pada permen. sedangkan permen yang tidak dibungkus, ia mungkin telah ditempeli kuman-kuman penyakit, kebersihannya tidak terjaga, dan kualitasnya pun tidak bagus. jadi mana yang akan kau pilih?? tentu jika kita sadar, kita akan memilih permen yang dibungkus dibandingkan dengan yang tidak dibungkus.
terlepas dari pembungkus dan isi, penampilan adalah akidah; jilbab adalah perintah Allah yang menjadikan kita ada. yang menjadikan kita bisa bicara, berkomunikasi, melihat keindahan, berjalan, dan segala kegiatan yang menjadikan kita bisa merasakan multiragam kenikmatan. Maka sepertinya tidak kenal terimakasih seseorang yang dipanggil Dzat yang memberi semua itu, namun ia ogah-ogahan dan malas-malasan. jilbab adalah panggilan dan seruan Tuhan. Jilbab adalah ajakan dan surat peringatan Allah Yang Maharahman.
Wanita shalehah tidak hanya menjilbabi fisik tubuhnya, namun juga menjilbabi kebodohannya, yaitu dengan bersekolah, mengaji, mengasah keterampilandan mengikuti prifat-prifat keteknologian. ia juga menjilbabi mutualitas keterampilannya yang rendah dengan terus mengasah telentanya untuk terus belajar, juga menjilbabi emosinya dengan bersikap bijak dan dewasa. ketika jilbab terintegrasi dengan multi talenta dan profesionalitas wanita yang terus diasah, dibina dan dikualitaskan, maka saat itulah kita temukan wanita anggun yang menjaga citra diri, sekaligus kita peroleh potensinya yang brilian untuk memajukan peradaban duniawi yang sekaligus tak ketinggalan dalam peradaban ukhrawi. Mempesona sekali ^_^


Referensi : Muhammad Nashiruddin al-Albani dalam buku "Makin Cantik dengan Busana Muslimah"

0

3 syarat menjadi muslim yang handal

Posted by kemenag hima an on 4/14/2014 01:37:00 AM in
Menjadi muslim, jangan sekedar identitas. Namun, jadilah muslim yang faham dan mengamalkan. Saat seorang muslim mengikrarkan dua kalimah sahadat, maka konsekwensinya ia haruslah memiliki perasaan terpanggil oleh isu-isu keislaman, mencari solusi hidup berbasis islam, dan memiliki ketertarikan terhadap dunia islam. Dalam dirinya, tertanam pengetahuan yang kuat sebagai fondasi dan motivasi untuk menjalankan syariat islam. Inilah, yang dikatakan sebagai muslim yang handal. Muslim yang memiliki sinkronisasi antara identitas, pengetahuan dan pengamalan secara utuh dan konsisten.
Setidaknya ada 3 syarat yang harus dimiliki unutuk menjadi muslim yang handal, apapun latar belakang, profesi dan tingkat pendidikan dia. Ketiga syarat itu adalah sebagai berikut:
#1. Memahami Teori Keislaman
Menjadi muslim yang handal haruslah paham terhadap teori keislaman. Pengamalan ajaran islam haruslah berbasis pengetahuan, bukan atas dasar ikut-ikutan.  Apalagi pengamalan yang menyangkut rutinitas ibadah ritual, misalnya sholat, puasa, dan lain sebagainya. Janganlah memiliki pandangan bahwa urusan agama adalah urusan Ustadz atau Kyai. Seorang muslim wajib mencari tahu pengetahuan islam, sehingga dia yakin betul apa yang dilakukannya berdasarkan rujukan yang bisa dipertanggungjawabkan.  Dan juga tidak akan terompang amping pada perbedaan faham dan mudah memvonis dirinya yang paling benar.
#2. Menguasai Bahasa Arab
Pemahaman terhadap bahasa arab, menjadi sesuatu yang tidak mungkin ditinggalkan oleh setiap muslim. Bagaimana tidak, keseluruhan ajaran islam diwarisi dalam bahasa Arab. Ritual Sholat, Text al-Quran, Do’a yang diajarkan nabi, semuanya menggunakan bahasa Arab dan haruslah dipahami dengan baik dan benar.
Semua ulama di awal abad 4 hijriah, saat umat islam dalam puncak kejayaan, tidak ada yang menyatakan bahasa Arab itu tidak penting. Ibnu Khaldun, seorang pengelana di zaman itu, menuturkan bahwa seluruh tempat yang ia singgahi, menerapkan bahasa Arab, meskipun bahasa ibunya bukan bahasa Arab. Jadi, bagaimana mungkin seseorang mengklaim telah menjadi muslim yang baik namun dirinya tidak menguasai bahasa arab.
Saat mendalami al-Quran, janganlah mengedepankan terjemah, apalagi hanya membaca text latinnya. Al-quran adalah pedoman umat islam dan diwarisi dalam bahasa arab. Dan kunci sukses untuk mendalaminya adalah pengetahuan atas bahasa Arab.
#3. Mengenal Sejarah Islam
Setiap muslim harus juga memahami sejarah islam, dari mulai kelahirannya hingga detik ini. Seseorang akan merasa eksis dan percaya diri manakala mampu menjelaskan latar belakang asal usul baik daerah maupun keturunannya. Begitu juga aqidah, seseorang akan terasa nikmat dan termotivasi dengan identitas keislamannya, makakala ia faham dengan sejarah islam. Tahu apa itu islam, perjuangan serta puncak kejayaannya. Sebaliknya, saat tidak mengenal sejarah, ia akan gampang terpuruk pada sikap pesimis terhadap keadaan.
Belajarlah memahami sejarah rosul, para shahabat, dinasti Umayyah, Abbasyiah, Usmaniah, dan lain sebagainya. Sehinga kita memiliki pemahaman yang memadai bahwa islam memiliki formulasi yang unggul untuk menyelesaikan problematika zaman. Dan pada akhirnya kita memiliki rasa percaya diri sebagai muslim yang handal.
Dikutip dari pengajian Shubuh, 20 Oktober 2012, Mesjid Darussalam Kota Wisata, Narasumber: Ust Ali Junnifar Lc. MA. (www.nasehatislam.com)

0

2 tips dalam Q.S Al-Kautsar untuk meraih kebaikan hidup yang melimpah

Posted by kemenag hima an on 3/26/2014 01:38:00 AM in
Setiap orang mendambakan kebahagiaan dan kesuksesan. Cakupannya bukan hanya individu, namun juga keluarga, masyarakat dan negara.  Dalam konsep agama Islam, rumusan kebahagiaan dan kesuksesan tidak hanya berdimensi dunia namun juga akhirat. Dan jalan untuk menggapai kebahagiaan tersebut  telah dijelaskan Alloh SWT dalam al-Quran, salah satunya dalam surat al-Kautsar.
Dilihat dari namanya, al-Kautsar yang berarti “Kebaikan yang melimpah” cukup bisa memberikan inspirasi kebaikan. Jika kita mampu mentadabburinya maka kebahagiaan dan kemakmuran bukanlah sebuah mimpi, ia bisa bisa diraih dengan menapaki petunjuk jalan ilahi. Apa sesungguhnya rahasia yang disampaikan Alloh SWT dalam surat ini, sebagai sebuah petunjuk untuk meraih kebaikan hidup yang melimpah? Untuk memahaminya, mari kita pelajari kondisi dan latar belakang diturunkannya surat ini.
Surat al-Kautsar termasuk surat Makiyyah. Seperi halnya surat Makiyyah lainnya, secara umum menggambarkan suasana dakwah ajaran islam yang dipimpin oleh rosululloh. Saat itu rosululloh mendapatkan pertentangan dan fitnah dari musuh berupa opini publik yang menyesatkan terhadap dirinya. Disebarkan isu, bahwa rosululloh adalah seorang ‘al-Abtar” yang berarti terputus generasi. Hal ini dilatar belakangi bahwa rosululloh tidak memiliki anak laki-laki, sehingga dakwah rosullulloh tidak akan berkembang.
Sebagai manusia biasa, rosululloh pun terpengaruh secara psikologis. Rosululloh merasa sedih, apalagi saat itu dihadapkan pada fenomena masyarakat yang membanggakan jika memiliki anak laki-laki. Di tengah kesedihan ini, turunlah surat al-Kautsar. Sebuah surat laksana oase di padang pasir atau embun pagi yang menyejukkan. Sebagai hiburan yang diberikan Alloh SWT kepada nabi Muhammad SAW.
Annas Ibnu Malik menceritakan, ketika kami bersama rosululloh, tiba-tiba rosululloh tertidur ringan. Tak lama kemudian rosululloh terbangun dan tersenyum. Lalu sahabat bertanya, apa yang membuat engkau tersenyum wahai rosululloh? Rosululloh menjawab, “Sungguh barusan telah turun surat al-Quran dari Alloh SWT melalui malaikat Jibril, yakni surat al-Kautsar”.
Surat al-Kautsar ini terdiri dari 3 ayat. yakni sebagai berikut:
  1.  Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu ni’mat yang banyak.
  2. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah
  3. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus
Ayat pertama menggambarkan simbol kedekatan Alloh SWT berupa dialog langsung untuk menghibur nabi Muhammad SAW di tengah isu negatif. Bahwa sesungguhnya Alloh SWT telah memberikannya al-Kautsar.  Para ulama menafsirkan al-Kautsar adalah sebuah kebaikan yang melimpah. Diantaranya kebaikan tersebut adalah kenabian, al-Quran, banyaknya jumlah umat, serta ketinggian keluhuran penyebutan nama nabi Muhammad SAW. Saat rosululloh ditanya apa itu al-Kautsar?, rosululloh menjawab, Sebuah telaga yang dijanjikan Alloh SWT di akhirat buat umatnya. Beragam pendapat yang mengartikan kata al-Kautsar tidaklah kontradiktif. Sebuah kata yang merupakan turunan (derivasi) dari kata al-Kasroh, yang maknanya baik. kebaikan yang melimpah meliputi dimensi dunia dan akhirat.
Lalu apa kunci agar kita mendapatkan al-Kautsar?. Berdasarkan surat di atas, ada dua konsep utama untuk meraih kebaikan melimpah yang tertera dalam ayat kedua, yakni mendirikan sholat dan memiliki semangat berkorban. Sholat merupakan simbol kekuatan hubungan antara hamba dengan kholiknya semantara berkurban adalah spirit untuk membela agama Islam berupa harta, tenaga maupun jiwa. Jadi, Jangan pernah bermimpi mendapat kebaikan hidup yang melimpah, kalau tidak menghadirkan sholat dan berkurban terbaik.
Lalu, ayat ketiga menjelaskan siapa sejatinya yang disebut al-Abtar (Terputus Generasi). Musuh Islam menyudutkan nabi Muhammad SAW. Namun Alloh SWT membantahnya, “Sesungguhnya orang-orang yang memusihimu adalah al-Abtar yang hakiki”. Merekalah yang terputus dari rahmat dan hidayah Alloh. Sementara dakwah al-Quran dan Iman merupakan al-Kautsar. Dan cara untuk mendapatkan al-Kautsar adalah dengan mendirikan Sholat dan semangat berkorban yang terbaik buat agamanya.
Narasumber: DR. Ahmad Kusyairi Suhail MA, pengajian 27 April 2013, di Mesjid Kota Wisata Cibubur Bogor. Di tulis oleh Admal Syayid www.nasehatislam.com 

0

Engkau adalah orang yang mencari pengaruh karena allah

Posted by kemenag hima an on 3/15/2014 03:08:00 AM in
Orang yang mencari pengaruh karena Allah dan negeri akhirat, bahkan pengaruh di setiap cabang ilmu, profesi dan kepemimpinan hingga mencapai jenjang kepemimpinan yang dianut dalam bidangnya, memerlukan keberanian tanpa mengenal takut. Dapat mengendalikan angan-angannya, tidak tunduk di bawah kekuasaan ilusinya, menjauhi semua hal di luar pencariannya, merindukan apa yang di tujunya, mengenal jalan yang di tempuhnya dan jalan-jalan yang menghambatnya, bercita-cita tinggi, bertekad kuat dan kokoh, tidak terbelokkan dari tujuannya oleh celaan orang yang mencela dan tidak pula oleh kecaman orang yang mengecam, banyak diam, pikirannya terus bekerja, tidak terbujuk oleh pujian yang menyenangkan dan tidak berhenti karena adanya celaan yang menyakitkan, selalu memelihara segala sesuatu yang diperlukan untuk menjadi sarana yang membantunya, tidak pernah gentar terhadap berbagai halangan yang merintanginya, sabar menjadi motonya, kelelahan menjadi kepuasannya.


(Al-Fawa’id, Ibnul Qayyim, 19)

0

Menteri Agama: Doa Berbayar Tidak Dibenarkan

Posted by kemenag hima an on 2/28/2014 09:33:00 PM in
VIVAnews - Menteri Agama, Suryadharma Ali mengatakan, program doa berbayar yang sempat membuat heboh dunia maya beberapa waktu lalu itu tidak dibenarkan.

"Itu sama sekali tidak bisa dibenarkan, ada doa berbayar. Tidak ada orang yang paham agama, dia berdoa dan dia minta uang, jadi berdoa berbayar itu orang yang tidak paham agama," ujar Suryadharma Ali, disela-sela acara pelepasan ribuan peserta gerak jalan dalam rangka kerukunan beragama nasional yang diselenggarakan oleh Kementrian Agama, Minggu 5 Januari 2014.

Dia mengimbau kepada masyarakat untuk tidak menghiraukan ajakan doa berbayar tersebut. Meskipun dalam program itu disebutkan akan didoakan di hadapan Ka'bah, yang merupakan tempat suci bagi umat Islam, barang siapa yang berdoa di sana maka niscaya akan dikabulkan doanya.

Namun, Suryadharma menjelaskan, Kementrian Agama tidak dapat melakukan tindakan apapun terkait program tersebut. "Kementrian Agama kan bukan penegak hukum, kalau ada laporan dari pihak-pihak tertentu, kepolisian tentu akan memproses. Kemenag hanya menegaskan bahwa itu tidak benar," katanya.

Sebelumnya, Dunia maya digemparkan dengan adanya program menitipkan doa dengan memberikan sedekah minimal Rp100 ribu yang diusung oleh perencana keuangan Ahmad Gozali.

Kata Gozali, program Titip Doa idenya sangat sederhana yakni, menggairahkan orang untuk bersedekah. Dengan menggunakan momentum Gozali yang juga Dewan Pembina Sedekah Harian pergi ke Tanah Suci (Mekkah), program-program tersebut dibeberkan di media sosial, twitter.

Ahmad Gozali bersama para anggota komunitasnya mengajak masyarakat yang ingin menitipkan doa dimintai sedekah minimal Rp100 ribu ditambah Rp2.014.

Donatur yang bersedekah akan didoakan Ahmad Gozali yang saat ini sedang menunaikan ibadah umroh yang berlangsung dari 31 Desember hingga 7 Januari 2014.

Disharmoni sosial

Wakil Presiden Boediono melepas peserta acara gerak jalan dalam rangka memperingati hari lahir Kementerian Agama. Acara yang diikuti oleh ribuan peserta ini, dimulai dari Barat Daya Silang Monas lalu menuju Jalan MH Thamrin ke arah Bundaran Hotel Indonesia (HI) lalu berputar dan kembali ke Monas. Finish gerak jalan ini berdekatan dengan tempat start, hanya di ruas jalan atau arah sebaliknya. Jarak yang ditempuh oleh peserta sekitar 10 kilometer.

Suryadharma Ali menjelaskan pihaknya akan terus menggalakan kegiatan kerukunan beragama. "Saat ini kan karena ada ketersinggungan identitas, ada tawuran, ini yang sangat penting dalam rangka mengokohkan kerukunan beragama," tuturnya.

Dia berharap kerukunan akan terjadi, tidak hanya bagi sesama pemeluk agama, tetapi juga rukun antar budaya, peradaban, suku, kampung.

"Agama jangan dijadikan pintu masuk untuk menciptakan kekeruhan, disharmoni sosial. Kita kan masyarakat plural, keberagaman jangan dijadikan kelemahan, tapi jadi kekuatan untuk membangun Indonesia jadi lebih baik," ujarnya.

0

kesombongan, dosa yang paling sulit di hindari

Posted by kemenag hima an on 2/14/2014 01:23:00 AM in
Sesungguhnya mudah bagi seseorang meninggalkan dosa-dosa besar, namun ada beberapa dosa yang bersifat halus dan tersembunyi sehingga tidak disadari seseorang, atau kalau pun yang bersangkutan menyadarinya tetap saja sulit baginya untuk membuangnya. Sebagai contoh, demam typhus yang merupakan penyakit berat yang diikuti demam tinggi, bisa segera diobati dengan obat yang tepat, tetapi tuberkulosa yang bekerja diam-diam tak terlihat malah lebih sulit pengobatannya.
Begitu juga dengan dosa-dosa halus yang tersembunyi dengan akibat manusia bersangkutan tidak bisa mencapai derajat keruhanian yang luhur. Bentuknya adalah dosa-dosa akhlak yang menimbulkan gangguan dalam kehidupan sosial. Perbedaan sedikit saja dalam status sosial telah menimbulkan kedengkian, kebencian, kecemburuan, kemunafikan dan ketakaburan dimana seseorang lalu memandang rendah saudaranya. Kalau ada seseorang yang melakukan shalat secara patut selama beberapa hari dan orang-orang memujinya karena itu, ia lalu menjadi korban kesombongan dan rasa harga diri tinggi sehingga kehilangan ketulusan yang sebenarnya menjadi tujuan pokok daripada peribadatan.
Jika Allah s.w.t. mengaruniakan kekayaan, pengetahuan, status sosial yang tinggi atau kehormatan, orang cenderung mulai memandang rendah saudaranya yang lain yang tidak memperoleh karunia tersebut. Bila karena sifat keras kepala atau rasa permusuhan, hubungan seseorang dengan saudaranya menjadi buruk, biasanya ia cenderung menyibukkan dirinya siang dan malam mencari-cari kesalahan saudaranya atau mengadukannya kepada yang berwenang dengan cerita kelemahan yang dikarang-karang agar ia bisa menggantikan posisi saudaranya itu, padahal ia sendiri yang mempunyai kelemahan dimaksud.
Semua itu merupakan dosa-dosa tersembunyi yang sulit dibuang. Sifat takabur/kesombongan termasuk di dalamnya dan dimanifestasikan dalam berbagai bentuk. Para pemuka agamapun juga ada yang menderita penyakit ini berkaitan dengan pengetahuan yang dimilikinya.  Mereka menyibukkan diri sepanjang waktu mencari-cari kesalahan satu sama lain di bidang intelektual dengan tujuan mempermalukan dan merendahkan yang lainnya. Sulit sekali mengenyahkan dosa-dosa halus seperti itu padahal termasuk dosa yang tidak diampuni menurut kaidah Ilahi.
Tidak hanya manusia awam yang terjangkiti dosa ini, karena juga terdapat pada orang-orang yang biasa menghindari dosa-dosa umum serta dipandang sebagai ulama, cendekiawan atau mereka yang berderajat tinggi. Terhindarnya dari dosa-dosa tersembunyi tersebut bagaikana sejenis kematian. Sampai seseorang lepas dari kegelapan dosa demikian maka ia tidak akan pernah mencapai kesucian nurani dan menjadi pewaris dari segala anugerah dan keluhuran yang dikaruniakan Allah s.w.t. kepada mereka yang telah disucikan kalbunya.
Beberapa orang menganggap dirinya telah lepas dari keburukan akhlak demikian, tetapi ketika mereka bertemu dengan orang lainnya, langsung saja mereka bangkit dan tidak mampu menekan perasaan memandang diri lebih serta ketakaburan mereka dengan memperlihatkan manifestasi akhlak rendah yang mereka kira telah mereka tinggalkan. Pada saat seperti itulah akan terlihat bahwa mereka sebenarnya belum lepas dari dosa-dosa dimaksud dan belum memperoleh kemaslahatan serta masih jauh dari tingkat kesucian kalbu yang menjadi ciri dari orang-orang muttaqi.
Semua ini menunjukkan bahwa kesucian akhlak adalah suatu hal yang sangat sulit dicapai dan tak mungkin diperoleh tanpa rahmat Allah s.w.t. Rahmat demikian bisa diperoleh dengan tiga cara, yaitu, pertama, berusaha dan berencana, kedua, shalat dan berdoa, dan ketiga, memelihara silaturrahmi dengan seorang yang muttaqi. (Khutbah-khutbah, hal. 17-18).
 
sumber: http://fentik.blogspot.com/2013/11/kesombongan-dosa-dosa-tersembunyi.html

0

Pleno tengah

Posted by kemenag hima an on 12/30/2013 04:14:00 AM in
ini hari pleno tengah kita, terimakasih buat semuanya khususnya KEMENAG HIMA AN yang telah banyak membantu dalam mengsukseskan pleno dan berjalannya proker kita. tanpa kalian kita bukanlah satu organisasi yang saling berbagi kisah kasih dan yang saling menuntun satu sama lain.
dimulai dari sistem kekeluargaan yang memberikan kita arti bahwa kita adalah istimewa.
semangat juang untuk kita semua
salam dari Indri Arisbayati





0

Patih yang Pandai Bersyukur

Posted by kemenag hima an on 12/28/2013 04:22:00 PM in
Di dalam hidup ini ada dua jenis peristiwa yang datang menyambangi kita, yaitu peristiwa yang kita inginkan dan peristiwa yang tidak kita inginkan. Untuk jenis yang pertama, bila ia malas datang maka berbagai ikhtiar kita kerahkan untuk membuatnya sudi bertandang. Dan apabila ia datang, kita akan menyambutnya dengan segenap kegembiraan.
Untuk jenis yang kedua, segala daya kita upayakan untuk menolak kehadirannya. Dan bila dengan terpaksa dia datang, berbagai reaksi kita tampilkan, dari mulai atraksi kemarahan sampai pertunjukan kesediahan.
Alkisah, rupanya hari ini, Darno, saudara sepupu Sarimin, tengah kedatangan peristiwa jenis kedua. Berhari-hari ia hanya mengurung diri di kamar. Makan ia tak mau, mandi ia malas, dan bicarapun seperlunya saja.
Ini semua berawal dari ujian penerimaan pegawai negeri sipil (PNS) yang baru saja diikuti Darno. Dalam pengumuman yang sudah dikeluarkan oleh panitia, nama Darni tidak tercantum. Padahal sejak dulu di bangku SMA Darno sudah bermimpi menjadi PNS. Berbagai upaya telah ia kerahkan, mulai dari upaya teknis seperti belajar soal-soal ujian PNS, sampai upaya magis seperti puasa dan tirakat. Tetapi hasilnya Darno tetap tidak diterima menjadi PNS.
Sarimin ikut prihatin engan musibah yang menimpa saudara sepupunya itu. Ia kemudian mengajak Darno datang ke rumah Sang Guru, Kiai Soleh.
“Tumben ngajak Darno kesini, Min,” sapa Sang Guru.
“Ya memang tumben, Kiai, ini saja saya yang maksa kok,” jawab Sarimin.
“Hari gini masih main paksa, apa kata dunia! Hahaha ...,” Kiai Soleh berseloroh.
“Ah, Kiai ....”
Darno hanya diam memperhatikan dialog guru dan murid di hadapannya.
Sarimin kemudian menjelaskan panjang lebar mengapa hari itu ia bertandang dengan membawa Darno.
“Oh, begitu ...,” Kiai Soleh manggut-manggut.
“Tolong didongengi dia ini, Kiai!”
“Loh, kok didongengi?” Darno yang tadi diam terbelalak. “Katanya tadi mau minta doa-doa, gimana sih kamu ini, Min?”
“Hahaha ..., kelakuanmu itu masih tetap saja Min, Min ...,” Kiai Soleh tertawa lepas.
Sarimin cengar-cengir.
“Ya sudah, begini saja, saya mau mendongeng dulu, habis itu kita baca doa bersama.”
“Ya begitu lebih baik, Kiai!” kata Sarimin tegas.
Darno masih gondok karena dikerjai sarimin.
“Dahulu kala tersebutlah sebuah kerajaan yang adil dan makmur,” kata Kiai Soleh membuka dongengnya.
Kerajaan itu dipimpin oleh dua serangkai yang sangat serasi, yaitu raja dan patih. Sang Raja adalah seorang yang tegas dan pemberani, sedangkan Sang Patih adalah seorang yang bijaksana. Setiap kali Sang Raja akan melakukan tindakan atau memutuskan sesuatu, dia selalu berunding terlebih dulu dengan Sang Patih.
Suatu hari Sang Raja memanggil patihnya. “Paman Patih, kemarilah!”
“Hamba, Paduka Raja, ada apa gerangan Paduka memanggil hamba?” tanya Sang Patih.
“Paman Patih, beberapa hari lagi aku akan berburu, kuharap engkau bersedia menemaniku.”
“Tentu saja, Paduka, hamba akan senang hati menemani.”
Pada hari yang direncanakan, Raja dan Patih berangkat berburu ke hutan. Sang Raja menunggang kuda di depan, di belakangnya Sang Patih diikuti beberapa prajurit.
Setelah menempuh perjalanan beberapa lama, rombongan itu memasuki hutan belantara. Tiba-tiba didekat sebuah pohon besar, kuda Sang Raja meringkik keras sambil mengangkat kedua kaki depannya. Ini pertanda kuda itu melihat sesuatu yang berbahaya. Ternyata benar, seekor ular berbisa terlihat menghadang ditengah jalan.
Sang Raja segera bertindak dengan mencabut pedangnya. Tetapi rupanya ular itu bergerak lebih cepat. Sebelum pedang Raja terayun, ular itu sudah menyerang dan berhasil menggigit jari kelingking Raja. Secepat kilat sang Raja mengayunkan pedang untuk membalas ular itu. Seketika ular itu pun terpotong menjadi dua.
“Hah! Ular sialan, jariku digigtnya ...,” umpat Sang Raja dengan marah.
Sang Patih melihat bahwa ular yang baru menggigit raja bukanlah ular biasa, melainkan ular yang sejenis berbisa.
“Paduka Raja, bisa ular ini sangat ganas! Cepat potong jari kelingking Paduka sebelum bisanya menjalar ke seluruh tubuh Paduka!” ucap sang Patih dengan nada cemas.
Mendengar perkataan itu, Sang Raja cepat memotong jari kelingkingnya dengan pedang. Ia selamat dari bisa ular yang sangat berbahaya, tetapi ia harus kehilangan jari kelingkingnya.
Ketika beberapa prajurit membalut lukanya, Raja terlihat sangat kecewa. Ia terus mengeluhkan satu jarinya yang dipotong.
“Sungguh sial nasibku hari ini. Jariku digigit ular ..., kini jariku hilang satu,” ucap Raja dengan nada sedih.
Mendengar Sang Raja berkeluh kesah, Sang Patih yang bijaksana berusaha menghiburnya.
“Paduka Raja, terimalah semua yang sudah menjadi ketentuan Yang Kuasa. Pasti ini ada hikmahnya,” kata Patih dengan penuh empati.
“Hah, Patih! Enak saja kau ngomong begitu! Tanganku kini tidak utuh lagi. Kau benar-benar tidak mengerti perasaanku!”
Sang Raja benar-benar murka mendengar kata-kata patihnya. Dengan geram diperintahkannya para prajurit untuk menangkap Patih.
“Prajurit, tangkap patih yang kurang ajar ini! Masukkan dia kedalam penjara!”
Beberapa prajurit pengikut rombongan Raja segera menangkap Sang Patih. Mereka membawa Sang Patih kembali ke istana untuk dijebloskan ke dalam penjara. Sementara itu, walau satu jarinya terputus Sang Raja tetap melanjutkan berburu dengan ditemani beberapa prajurit yang tersisa.
Rombongan kecil Sang Raja semakin lama semakin jauh masuk ke dalam hutan belantara. Tanpa disadari oleh Sang Raja, rupanya rombongan itu telah memasuki wilayah Bubuhu. Mereka baru sadar ketika beberapa orang suku bubuhu mengepung rombongan Raja.
“Hahaha ..., akhirnya kita mendapat kurban untuk upacara kita,” kata salah seorang pengepung.
“Sungguh beruntung nasib kita, hahaha ...,” ucap orang-orang suku Bubuhu lainnya sambil berjingkrak-jingkrak dan mengacung-ngacungkan tombak mereka.
Para prajurit Raja yang tinggal sedikit itu tidak berdaya melawan anggota suku Bubuhu yang jauh lebih banyak. Mereka semua ditangkap, dijadikan tawanan, lalu dibawa ke hadapan kepala suku Bubuhu.
“Kepala Suku, akhirnya kita mendapat korban untuk persembahan kepada dewa-dewa,” kata pemimpin prajurit suku Bubuhu yang berhasil menangkap rombongan Raja.
“Bgus! Coba kemari biar ku periksa,” kata kepala suku Bubuhu.
Rombongan Raja yang menjadi tawanan itu lalu dijejerkan di hadapan kepala suku Bubuhu. Sang Kepala Suku kemudian memeriksa tangkapan mereka satu per satu. Ketika memeriksa Sang Raja, kepala Suku Bubuhu terkejut.
“Hai pengawal, lepaskan orang satu ini. Jari tangannya tidak utuh, dia tidak bisa kita jadikan persembahan upacara kita, nanti malah membawa sial untuk kita!”
Dengan segera seorang pengawal melepaskan Raja dari ikatannya. Sang Raja gembira bukan main. Ia segera memacu kudanya untuk pulang kembali ke istana. Begitu sampai di istana, Sang raja segera menuju penjara untuk membebaskan Sang Patih.
“Paman Patih, maafkan aku, aku telah salah memenjarakanmu. Ternyata yang kau katakan benar, putusnya jariku ad hikmahnya. Aku batal dijadikan persembahan oleh suku Bubuhu.”
“Paduka Raja tidak perlu minta maaf, justru hamba yang berterima kasih kepada Paduka,” ucap Sang Patih dengan mantap.
“Mengapa kau berterima kasih, Paman Patih?”
“Kalau saja Paduka tidak memenjarakan hamba, mungkin hamba sudah menjadi bagian orang-orang yang dikurbankan oleh suku Bubuhu.”
Sang raja manggut-manggut mendengar perkataan patihnya. Ia pun semakin percaya dengan kata0kata patih, bahwa semua yang diberikan Tuhan pastilah yang terbaik baginya.
“Tidak semua yang kita inginkan akan membawa kebaikan dan tidak semua yang kita benci membawa keburukan,” kata Kiai Soleh menutup dongengnya.
“Tuh, dengar enggak?” Sarimin berkata kepada Darno.
Darno masih tetap diam.
Darno tidak sendirian. Ada banyak orang yang merasa di dunia ini mau kiamat manakala sesuatu yang diimpikannya gagal dicapai. Boleh jadi ia seorang pemuda yang ditolak cintanya oleh sang idola. Boleh jadi ia seorang ayah yang tengah mendambakan anaknya diterima di sekolah favorit, tetapi ternyata sang anak harus tereliminasi karena nilai NEM-nya cekak. Dan masih banyak lagi kasus serupa.
Kitab suci mengatakan, “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui sedang kamu tidak ketahui.” (QS. Al-Baqarah : 216)
Tak terhitung jumlah orang yang kecewa dengan sesuatu yang dulu didambanya dan tidak terbilang juga orang yang berbahagia dengan sesuatu yang dulu yang dulu ditolaknya mentah-mentah.
Semua kita mafhum jika ada orangtua yang tega mengecewakan anak tercintanya ketika sang anak meminta sesuatu, karena menurut kacamata orang tua permintaan itu malah akan membahayakan diri sang anak sendiri. Ada sejumlah kisah orangtua yang menolak lamaran seorang pemuda karena menurutnya pemuda itu tidak akan bisa membahagiakan anak gadisnya, meski pemuda itu sangat dicintai sang anak.
Nah, kalau kerena cinta orangtua bisa bertindak seperti itu, apalagi Zat Yang Maha Penyayang, yang dari-Nya lah cinta dan kasih sayang orangtua itu berasal.
Jadi bagaimana?? sungguh mensyukuri apa yang telah kita dapatkan itu nikmat dari pada bergelimang marah dalam hal yang tidak mau kita terima tetapi telah kita terima. Kuncinya itu adalah berfikir positiflah kepada Allah SWT.

Sumber:  Awang Surya. 2011. Pesantren Dongeng. Jakarta: Zaman 

Copyright © 2009 Kementerian Agama HIMA AN UIN SGD Bandung All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.